Yang Hila Dicaroi, Yang Hanyauk Dipinteah, Sailae Dingan Samudek Dibusameo

06 June 2011

Islamnya Bilal Bin Rabah Al Habsyi R.A. Dan Penderitaannya

Bilal Bin Rabah AlHabsyi r.a. adalah seorang sahabat nabi yang terkenal. Dia adalah seorang mu’adzdzin (juru azan) di masjid Nabawi. Sebelumnya, ia seorang hamba sahaya milik salah seorang kafir quraisy, kemudian memeluk islam. Keislamannya telah menyebabkan Bilal r.a. mengalami banyak penderitaan dan kesengsaraan akibat perbuatan orang-orang kafir yang paling keras memusuhi orang islam, dia telah membaringkan Bilal r.a. di atas padang pasir yang panas membakar ketika matahari sedang terik sambil menindihkan batu besar di atas dadanya, sehingga Bilal r.a. tidak dapat menggerakkan badannya sedikit pun. Umayah berkata, “Apakah kamu bersedia mati dalam keadaan seperti ini? Ataukah kamu mau terus hidup, dengan syarat kamu tinggalkan agama islam?” Walaupun Bilal r.a. disiksa seperti itu, namun dia berkata, “Ahad! Ahad!” (Maksudnya Allah Maha Esa).
 Ilustrasi

 Pada malam harinya, Bilal r.a. diikat dengan rantai, kemudian dicambuk terus menerus hingga badannya luka-luka. Pada siang harinya, dia dibaringkan di atas padang pasir yang panas. Tuannya berharap Bilal r.a. akan mati dalam keadaan seperti itu. Orang kafir yang menyiksa Bilal r.a. silih berganti, suatu kali Abu Jahal yang menyiksanya, terkadang Umayah bin Khalaf, bahkan orang lain pun turut menyiksanya juga. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menyiksa Bilal r.a. dengan siksaan yang lebih berat lagi. Ketika Abu Bakar r.a. melihat penderitaan Bilal r.a. beliau segera membebaskannya.
 Hikmah: Inilah contoh kehidupan yang pernah dialami oleh Bilal r.a. Sebelum Rasullullah saw. wafat, dia bertugas sebagai juru adzan di masjid Nabi. Setelah Rasullullah saw. wafat, pada mulanya dia tetap tinggal di Madinah Thayyibah. Tetapi karena tidak kuat menahan kesedihan setiap kali melewati makam Rasullullah saw., akhirnya dia meninggalkan Madinah dan pergi bersama pasukan jihad fii sabilillaah sampai beberapa waktu lamanya dia tidak kembali ke Madinah.
Pada suatu hari, dia bermimpi bertemu Rasulullah saw.. Dalam mimpinya itu Nabi saw. bersabda kepadanya, “Wahai Bilal, apa yang menghalangimu sehingga engkau tidak pernah berziarah kepadaku?” setelah bangun dari tidurnya, Bilal r.a. pun segera pergi ke Madinah. Setibanya di Madinah, Hasan dan Husain r.a. meminta Bilal r.a. agar mengumandangkan adzan. Dia tidak dapat menolak permintaan orang-orang yang dicintainya itu. Ketika dia mulai beradzan, maka terdengarlah suara adzan seperti adzan pada zaman Rasullullah saw. Hal itu sangat menyentuh hati penduduk Madinah, sehingga kaum wanita pun keluar dari rumah masing-masing sambil menangis untuk mendengarkan suara adzan Bilal r.a.. Setelah beberapa hari lamanya Bilal r.a. tinggal di Madinah, akhirnya dia meninggalkan kota Madinah dan kembali ke Damaskus dan wafat di sana pada tahun kedua puluh Hijriyah. (Asadul Ghabah)


0 komentar:

Post a Comment

Template by:
Free Blog Templates